Kondisi Umum Desa
2.1. Demogafi
2.1.1. Letak Geografis
Desa Gunungkarung luas wilayahnya 121.380 Ha, terdiri dari 5 RW, 18 RT dan 5 Dusun. Yaitu Dusun Kliwon, Wage, Puhun, Pahing, dan Dusun Manis, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Batas |
Desa |
Kecamatan |
Kabupaten |
Sebelah Utara |
Cihideunghilir |
Cidahu |
Kuningan |
Sebelah Selatan |
Dukuhmaja |
Luragung |
Kuningan |
Sebelah Timur |
Benda |
Luragung |
Kuningan |
Sebelah Barat |
Cikandang |
Luragung |
Kuningan |
Jarak dari Desa Gunungkarung ke ibu kota Kecamatan Luragung 3 Km, jarak ke ibu kota Kabupaten Kuningan 24 Km, jarak ke ibu kota Provinsi di Bandung 247 Km dan jarak ke ibu kota Negara di Jakarta 279 Km.
. Sejarah Desa
1.1. Legenda Desa (Sasakala)
|
ASAL USUL DESA GUNUNGKARUNG
Menurut pepatah lama, Desa Gunungkarung dulunya Desa Geugeurhanjuang kemudian berubah menjadi Desa Kutawaringin kemudian berubah kembali menjadi Desa Gunungkarung setelah tiga kali nama Desa ini diubah menjadi Desa Gunungkarung hingga sekarang menjadi Desa Gunungkarung.
Dari nama Desa Gunungkarung diubah menjadi nama Desa Gunungkarung, Ada sejarahnya kenapa disebut Desa Gunungkarung.
Dari ujung timur Desa Gunungkarung terdapat sebuah gunung kecil yang penuh dengan harta karun. Pada suatu hari tetua Desa didatangi makhluk yang menyerupai manusia menjelaskan untuk orang Gunungkarung yang menginginkan kekayaan dunia, sangat kaya dengan kekayaan( bru dijuru bro dipanto ngalayah di tengah imah) Dalam bahasa sunda, segera ambil di gunung kecil tapi ada syaratnya nanti bakal punya ( luka atau radang) kecil tapi sakitnya tidak bisa disembuhkan dengan apapun pasti akan menjadi orang kaya. Jadi Gunungkarung hanya sekedar wadah sedangkan isinya ada di Gunungkarun.
Desa Gunungkarung awalnya merupakan sebuah Dusun yang dulunya berasal dari masjid Desa sekarang di sebelah barat. Desa ini dibatasi dari timur dengan kuburan dan dari barat dengan kuburan. Sesepuh terkenal saat itu yang menjaga adat Desa adalah Mbah Taruna Jaya yang melarang masyarakat Gunugkarung memakan Kulur, ikan Lele dan burung Tekukur.
Ceritanya adalah:
Pada suatu ketika, seorang anak kecil hilang selama beberapa hari dan dicari, namun tidak dapat ditemukan. Kemudian Mbah Taruna Jaya berdoa kepada Tuhan Yang Maha Suci pada hari keempat ketika anak kecil itu hilang, dia diberi petunjuk untuk pergi ke sumur yang ada di sisi utara lembah. Ketika membuka daun Kulur tiba-tiba kelihatan badan anak kecil yang sudah meninggal dan hanya tinggal tulangnya saja dan ibu jarinya karena dagingnya sudah habis dimakan ikan lele. Setelah itu jenazah dikuburkan sebagaimana mestinya di makam Mbah Taruna Jaya sambil berseru kepada masyarakat/warga yang ada disana. Sumur tersebut diberi nama Sumur Cucuk karena anak kecil yang hilang ditemukan di dalam sumur tinggal tulang belulangnya (cucuk dalam bahasa sunda) dan melarang warganya untuk memakan Kulur, ikan Lele dan burung Tikukur, karena anak kecil yang hilang tersebut ditemukan, ditutupi daun Kulur, dagingnya dimakan ikan Lele dan bagian atasnya ramai dengan suara bising burung Tikukur seperti sedang memberi Tanda. Peringatan untuk masyarakat Gunungkarung yang merupakan keturunan asli Gunungkarung dan jangan coba-coba melanggar larangan ini, ada konsekuensinya.
Sampai saat ini masyarakat keturunan asli Gunungkarung masih ada yang menjaga atau tidak melanggar pantangan ini. Desa Gunungkarung dibelah oleh sebuah anak sungai (lebak) yang disebut lembak Cinahun. Di lembak Cinahun saat itu, banyak sekali ikan, bahkan lele, dan tidak ada yang menangkapnya. Lebak Cinahun Bermuara ke anak sungai Cipatahanan yang sekarang disebut Sungai Nutug (lewi Nutug).
Tabel 1
Urutan Pejabat Kepala Desa
No |
N a m a |
Tahun 1847 s/d 2023 |
Keterangan |
1 |
ANDAR |
1847-1887 |
Alm |
2 |
SAJIMAN |
1887-1925 |
Alm |
3 |
ATMA SASMITA |
1925-1962 |
Alm |
4 |
SUDRAJAT SASMITA |
1963-1971 |
Alm |
5 |
MAWARDI SUMAMIHARJA |
1981-1989 |
Alm |
6 |
TJARSIM |
1990-1999 |
|
7 |
WARJO SUMARJONO |
2000-2009 |
|
8 |
WARJO SUMARJONO |
2010-2017 |
|
9 |
ECHIN WASDIANA |
2017-2023 |
Alm |